
Doa istisqa merupakan permohonan kepada Allah agar menurunkan hujan ketika kemarau panjang melanda. Ibadah ini sudah dipraktikkan oleh Rasulullah Muhammad SAW sejak lima belas abad lalu. Pelaksanaannya dilakukan di lapangan terbuka, dipimpin oleh seorang imam, dengan jamaah yang membawa hewan ternak sebagai simbol bahwa semua makhluk hidup membutuhkan air. Tujuan utama dari amalan ini adalah memohon rahmat Allah, mengakui ketergantungan manusia kepada Sang Pencipta, serta menunjukkan kepasrahan dalam menghadapi kesulitan hidup.
Sunnah Rasulullah dalam Doa Istisqa
Rasulullah SAW memberikan teladan tentang bagaimana doa istisqa dilaksanakan. Dalam khutbah Jumat, beliau pernah melepas selendang, melipat, dan membalik posisinya di atas mimbar. Gerakan tersebut melambangkan perubahan musim dari kemarau menuju penghujan. Tangan beliau diangkat tinggi melebihi kebiasaan dalam berdoa, menandakan kesungguhan permohonan kepada Allah. Selain itu, Rasulullah juga mengajarkan salat istisqa di lapangan dengan tata cara yang serupa salat Id, menekankan bahwa pelaksanaannya harus dilakukan bersama-sama oleh umat. Hewan ternak dibawa serta ke lokasi salat untuk menunjukkan bahwa keberlangsungan hidup hewan pun bergantung pada turunnya hujan.
Istighfar sebagai Kunci Turunnya Hujan
Salah satu penghalang turunnya rahmat Allah adalah dosa. Karena itu, umat dianjurkan memperbanyak istighfar sebagai pengiring doa istisqa. Al-Qur’an dalam surah Hud ayat 52 menjelaskan bahwa istighfar mendatangkan ampunan, hujan deras, serta kekuatan baru bagi kaum yang melakukannya. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa orang yang memperbanyak istighfar akan diberikan jalan keluar dalam setiap kesulitan, kelapangan dalam setiap kesempitan, serta rezeki dari arah yang tidak disangka. Dengan istighfar, manusia membersihkan hati, membuka pintu rahmat, dan mengundang keberkahan dari langit dan bumi.
Rezeki sebagai Anugerah Tanpa Perhitungan
Segala bentuk rezeki, termasuk turunnya hujan, adalah pemberian Allah tanpa perhitungan manusia. Perbedaan hasil panen atau keberhasilan usaha tidak hanya ditentukan oleh kerja keras, melainkan karena ketetapan Allah. Hal ini mengingatkan agar tidak menghitung rezeki orang lain atau merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain. Allah memberikan rezeki sesuai kehendak-Nya, sementara manusia dituntut untuk bersyukur, beristighfar, dan menjaga amal perbuatan.
Doa istisqa dan salat istisqa mengandung pelajaran penting tentang ketundukan manusia kepada Allah. Dalam menghadapi kemarau, umat tidak hanya diminta untuk berusaha secara lahiriah, tetapi juga diajak kembali kepada Allah dengan doa, istighfar, dan salat. Amalan ini meneguhkan iman, menumbuhkan kesadaran bahwa hidup sepenuhnya bergantung kepada Sang Pencipta, serta membuka pintu rezeki dari arah yang tidak terduga.
Disarikan dari kajian : Ust. Dr. Imam Syaukani MA,